Airmata ini menetes dalam kesendirian, tapi senyuman pun terukir dalam kesepiannya.
Tak dapat ku bedakan antara bahagia dan terluka, entah apalah yang ku rasakan?
Bahagia ku dengan ini dibalik terlukanya aku karena itu, semua alur telah bergaris pasti setiap cerita akan berakhir patri.
Memang, memang sulit tuk membuka pintu hati yang nyaris lapuk termakan kegalauan masa.
Saat itu, ketika semua rasa berlalu lalang tanpa rambu, satu peluit memperingatkan ku membangunkan ku lantas menyebrangkan ku pada lajur yang lebih baik, menyelamatkan dan memberikan kenyamanan.
Dia mengetuk pintu yang kasat oleh sesuatu, dangan gemetarnya gulana ku coba membuka meski tetap dalam diamnya.
Namun kini seolah ingin ku berteriak dalam bisuku, ingin ku meraba walau sempat ku mati rasa, ingin ku menatap meski jarak pandang buram.
Aku gapai dalam hati yang sejujurnya masih terkulai.
Ingin aku bisikan aku cinta kamu dalam bisingnya kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar